SB19GzwIeB1Tv6FDyUKkDk8tS5RU4G7B5LRZmEqP
Bookmark

Semarak HUT RI ke-80, STM Luncurkan Pangan Baru “Singkong Pisang Lava”

Singkong Pisang Lava berdampingan dengan Tumpeng Kemerdekaan Republik Indonesia ke 80

Temanggung, 21 Agustus 2025 — Sekolah Tani Masyarakat (STM) memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia dengan cara yang berbeda. Mengangkat tema “Kedaulatan Pangan Melalui Peran Serta Masyarakat,” STM meluncurkan kreasi pangan baru berbahan baku lokal bernama Singkong Pisang Lava. Peluncuran dipimpin oleh Puji Soleh, Ketua STM, di hadapan jajaran pengurus dan petani binaan, bertempat di Kampus Utama STM, Dusun Ploso, Desa Gesing, Kecamatan Kandangan.

“Singkong Pisang Lava bukan sekadar produk kuliner; ia adalah simbol kemandirian pangan yang berakar pada kekuatan masyarakat,” ujar Puji Soleh, Ketua STM. “Melalui kreasi sederhana dari komoditas rakyat—singkong dan pisang—kita merayakan kemerdekaan dengan menegaskan kembali semangat persatuan, inovasi, dan keberpihakan pada pangan lokal.”

Mengapa Singkong dan Pisang?

Singkong merepresentasikan kesederhanaan dan ketahanan pangan rakyat Indonesia. Pada masa sulit, singkong kerap menjadi pengganti beras—menjadi lambang kemandirian dan daya juang.

Pisang melambangkan kehangatan, kebersamaan, dan manisnya hasil perjuangan. Seperti rasanya yang lembut dan manis, kemerdekaan hari ini adalah buah dari perjuangan panjang yang penuh pengorbanan.

“Lava” yang meleleh dari dalam menggambarkan semangat perjuangan yang mengalir tanpa henti—meski tersembunyi, ia siap menguat ketika dibutuhkan. Ini selaras dengan api kemerdekaan yang tak pernah padam di tengah perubahan zaman.

Ketika singkong dan pisang dipadukan, tercipta harmoni rasa yang unik—seperti keberagaman masyarakat Indonesia yang bersatu padu. Pada HUT RI ke-80, STM mengingatkan bahwa persatuan, kemandirian, dan inovasi adalah kunci menjaga kedaulatan bangsa, termasuk di bidang pangan.

“Kami mengajak generasi muda, komunitas, dan pelaku UMKM untuk bersama-sama mengembangkan produk pangan berbasis komoditas lokal,” tambah Puji Soleh. “Jika kita konsisten berinovasi dari yang ada di sekitar, kedaulatan pangan bukan sekadar slogan, melainkan praktik nyata di desa-desa.”

0

Posting Komentar